“Trias Manja”
“Tias, bangun nak. Udah pagi sayang” panggil Ibu Tias
dari luar pintu kamar Tias.
“Hoaaam... Iya mih tunggu” jawab Tias dari dalam kamarnya
dengan bermalas-malasan.
Perkenalkan namanya Trias Medez Brahma, panggil saja dia
Tias. Tias adalah anak ke 3 dari 3 bersaudara, bisa dibilang dia anak bungsu
dari pasangan suami istri Brahma dan Istiana. Kakak laki-laki pertama Tias
yaitu Ryan Brahma sedang melanjutkan kuliahnya di Australia, sedangkan kakak
laki-laki ke-2 Tias, Dwi Karuna Brahma masih duduk di kelas 3 SMA. Keluarga
Brahma cukup dikenal di daerah Jakarta karena cabang-cabang usaha milik
keluarga Brahma yang menjamur hampir diseluruh kawasan di Jakarta bahkan sampai
di luar kota.
Tias adalah anak yang cantik, modis, baik, namun ada 1 sifat jelek dari dirinya yang sampai saat ini masih melekat dalam diri Tias, yaitu manja. Sifat manja itu tumbuh karena beberapa faktor. Faktor pertama karena dia terlahir dalam keluarga yang berada dan sangat berkecukupan, faktor kedua karena dia anak bungsu dari 3 bersaudara, dan dia adalah satu-satunya anak perempuan di keluarga itu, jadi pantas saja kalau Ayah, Ibu, dan ke 2 kakaknya memanjakan Tias. Tepat hari ini Tias resmi memakai seragam kebanggaan yaitu putih abu-abu. Yap, sekarang Tias baru saja resmi menduduki bangku SMA, sekarang dia satu sekolah dengan Dwi, kakak keduanya.
20 menit berlalu, sekarang waktu menunjukan tepat pukul 6
lewat 30 menit, namun Tias belum juga keluar dari kamarnya yang sangat
berantakan itu.
“Dek, cepetan dong. Kita udah mau telat nih” kak Dwi
memanggil Tias dari dalam mobilnya yang sudah siap meluncur menuju sekolah.
“Iya kak, aku otw1 nih” jawab Tias
sambil setengah berlari menuju mobil kak Dwi.
“Kak, aku gak tau pasang dasi nih” kata Tias sedikit
merengek kepada kakaknya yang satu itu saat diperjalanan menuju sekolah.
“Ya udah, entar aja ya kakak pasangin di sekolah, kita
udah mau telat nih soalnya” balas kak Dwi sambil terus memandangi jalan karena
sedang menyetir mobilnya.
“Pokonya kamu kalo di sekolah harus bersikap ramah sama
temen-temen baru kamu. Terus kalo ada yang gangguin kamu langsung lapor ke
kakak aja yaa. Oh iya satu lagi, kamu harus mengikuti semua peraturan sekolah,
dan salah satunya adalah dilarang membawa peralatan kosmetik ke sekolah. Ngerti
?” lanjut kak Dwi yang tidak berhenti bicara.
“Hah ?! Masa gak boleh bawa peralatan kosmetik ke sekolah
sih ? Trus kalo aku mau dandan gimana dong kak ?” jawab Tias, dan lagi-lagi
dengan nada yang sedikit merengek.
“Dek, denger ya kamu tuh sekarang udah SMA, belajar
dewasa. Gak usah tergantung sama ini itu lagi. Lagian kamu lebih cantik kalo
natural tau, gak usah lebay2 lah” jawab kak Dwi sambil
sesekali melihat kearah adiknya yang super manja itu.
Sementara Tias hanya diam, mulutnya manyun, maju 2cm
menyerupai mulut ikan lohan. Akhirnya mereka sampai di sekolah mereka ‘SMA DIAN
HARAPAN’, SMA swasta terkenal di bilangan Tangerang. Jadi mereka membutuhkan
waktu yang tidak sedikit untuk menempuh perjalanan dari rumah mereka ke
sekolah. Saat Tias turun dari mobil, semua matapun tertuju padanya. Karena
penampilannya yang modis dan memang dasarnya wajahnya yang cantik dan imut.
Bel sekolahpun berbunyi bertepatan dengan sampainya Tias
dan kak Dwi di sekolah. Akhirnya mereka masuk kedalam gedung sekolah. Kak Dwi
menyempatkan diri untuk mengantar Tias mencari kelasnya. Merekapun menemukan
kelas dimana Tias akan menetap selama 1 tahun.
“Kamu jangan nakal yaa. Inget pesen kakak. Kakak masuk
kelas dulu yaa” kak Dwi berpesan sambil mengusap kepala Tias dan berlari menuju
kelasnya.
Ternyata sudah banyak murid lain dalam kelas itu. Saat
Tias masuk, kejadian yang sama seperti di halaman parkir sekolah itu terjadi
lagi. Semua pembicaraan terhenti, semua mata tertuju pada Tias.
“Permisi. Masih ada tempat kosong nggak ?” tanya Tias
yang masih berdiri di depan kelasnya dengan nada yang sedikit malu-malu. Lalu
dia melihat bangku yang masih kosong tepat berada di depan. Saat dia sedang
berjalan menuju bangku itu tiba-tiba seorang anak laki-laki berlari dari
belakangnya dan menduduki bangku yang sudah diincar oleh Tias.
“KAMU !!” teriak Tias. “Yang masuk duluankan aku, kenapa
kamu yang dudukin bangkunya ?!” lanjut Tias.
“Siapa cepet dia dapet. Lagian lu jalan kayak siput sih,
lelet banget !” kata laki-laki itu di sambung dengan tawanya. Akhirnya Tias
mengalah dan menduduki bangku tepat di belakang laki-laki itu.
Gurupun masuk, guru itu adalah wali kelas mereka yaitu
Ibu.Ratih. Saat pekenalanpun dimulai. Dan sekarang giliran Tias yang
memperkenalkan dirinya di depan teman-teman barunya.
“Nama aku Trias Medez Brahma, panggil aja aku Tias. Rumah
aku di kompleks perumahan ‘Permai Indah’ di daerah Jakarta Barat sekitar 20
menit dari sekolah ini. Ada yang mau ditanyakan ?”
“Eh, lu kenapa sih kalo jalan lelet banget ? hahaa...”
kata laki-laki tadi dan mengundang tawa teman-temannya yang lain. Sementara
Tias hanya menatap wajah anak itu secara sarkastik dan tidak berkata apa-apa.
“Rio, tidak boleh begitu. Tinggalkan kebiasaan SMP kamu
yang sering meledek teman-teman kamu. Ingat itu Rio !” kata Ibu.Ratih.
Dari perkenalan tadi, Tias sudah tau nama anak itu.
Namanya adalah Rio, Rio Jericko. Karena ini adalah hari pertama mereka sekolah
di tahun ajaran baru, jadi belum ada KBM3 yang berjalan dari
kelas 10 sampai kelas 12. Bel isirahatpun berbunyi, saatnya anak-anak SMA
DIAN HARAPAN berhamburan ke kantin. Kak Dwi kelihatan berjalan menuju ke kelas
Tias.
“Dek mau ke kantin bareng kakak gak ?” tanya kak Dwi
sesampainya di kelas Tias.
“Ayok kak” jawab Tias sambil menarik kakaknya itu. “Kak,
masa tadi ada yang rese gitu sama aku di kelas. Namanya Rio. Ih aku kesel
banget deh kak sama dia, asli !” lapor Tias sesampainya mereka di kantin dan
memesan makanan.
“Hahaa, dia suka kali sama kamu dek sampe digangguin
begitu” jawab kak Dwi sambil sedikit meledek adiknya. Makanan yang mereka pesan
akhirnya datang dan langsung mereka santap bersama. Akhirnya bel tanda masukpun
berbunyi, saatnya Tias dan kak Dwi masuk ke kelas mereka masing-masing.
“Dek, kamu ke kelas sendiri yaa, kakak mau cepet-cepet ke
kelas nih” kata kak Dwi.
“Temenin dong kak, aku gak mau jalan sendirian, takut
tau!” kata Tias dengan nada membujuk. Melihat wajah adiknya yang melas itu
akhirnya kak Dwi mengantar Tias ke kelasnya.
“Dasar manja” celetuk kak Dwi. Tias hanya senyum setengah
tertawa mendengar kakaknya.
Sesampainya Tias di kelas Tiaspun duduk di tempat
duduknya. Tiba-tiba seorang perempuan datang menghampiri Tias dan duduk di
sebelah Tias.
“Hai.. Kamu inget nama aku gak ? Pasti kamu lupa, nama
aku Lani. Aku temen SMPnya Rio, cowok yang tadi ledekin kamu. Gak usah masukin
ke hati yaa ledekannya Rio, dia emang gitu dari SMP. Salam kenal yaa Tias”
perempuan itupun tersenyum.
“Oh dia, iya gak apa-apa kok Lani, udah keliatan kok dari
gayanya yang selenge’an itu. Hehee.. Salam kenal juga Lani” Tias membalas
senyuman Lani.
“Tias aku suka banget deh sama style4
kamu, keren sih. Gak kayak aku, pake pakaian yang udah lusuh” kata Lani dan
lagi-lagi sambil melontarkan senyum manisnya itu.
“Hah, oh makasih Lani. Tapi kenapa kamu pake seragam
lusuh begitu ? Emangnya mama kamu gak beliin kamu seragam yang baru ? Maaf yaa
Lani aku gak bermaksud untuk hina kamu, serius deh” kata Tias takut menyakiti
hati Lani.
“Aku tau kok Tias, kamu kan anak baik mana mungkin kamu
mau ngehina orang” Lani berkata dengan penuh senyum. “Aku masuk di sekolah ini
hanya karena beasiswa. Kakak aku juga waktu itu dapet beasiswa kayak aku, tapi
sekarang dia udah lulus dan ngelanjutin kuliah di UPH5 karena
dia dapet beasiswa lagi disana. Jadi bajunya yang lama aku yang pake deh
hehee..” lanjut Lani yang terus tersenyum tanpa merasa malu karena dia berasal
dari keluarga yang kurang mampu.
“Waw,, aku salut banget sama kamu Lan, berarti kamu sama
kakak kamu pinter banget dong yaa, karena gak gampang untuk dapet beasiswa di
yayasan ini, harus orang yang benar-benar punya kepintaran yang bisa dapet
beasiswa disini. Wah hebat banget kamu Lan” puji Tias penuh kagum dan Lani
membalas dengan senyuman.
“Woy !! Ngerumpi aja lu pada, pasti lagi ngomongin gua
kan ?” kata Rio yang tiba-tiba datang dan mengagetkan Tias dan Lani.
“Ih PD6 banget kamu !” balas Tias
spontan dan memandangi Rio dengan tatapan yang dingin.
“Rio, kenalin dong ini Tias, anaknya baik loh, asik lagi
diajakin ngobrol” kata Lani menghangatkan suasana.
“Gua juga tau kali. Trias Medez Brahma, anak ke-3 dari
pengusaha terkenal yang lelet dan manja!” balas Rio sambil terkikik.
“Rio ! Kamu apa-apaan sih, gak sopan tau !” Lani membela
Tias.
“Udah Lan, gak ada gunanya ngomong sama anak kaya begini.
Biarin aja dia” balas Tias. 1 semesterpun berlalu setelah kejadian ejek-ejekan
itu. Berawal dari kejadian itu Tias, Lani, dan Rio menjadi dekat, dan akhirnya
mereka bersahabat. Mereka sering menghabiskan waktu bersama karena pada
dasarnya Lani dan Rio adalah anaknya yang pintar. Saat pengambilan raport semester
1 betapa senangnya mereka bertiga karena ternyata mereka bertigalah yang
menduduki posisi 3 besar. Lani menempati peringkat pertama, Rio diperingkat
ke-2, dan Tias diperingkat ke-3. Saat mengetahui kalau Tias mendapat peringkat
ke-3, orangtuanya dan kak Dwipun merasa sangat bangga karena mereka tahu selama
SMP Tias jarang sekali belajar, bahkan tidak pernah masuk 10 besar dikelasnya.
“Selamat yaa sayang, mami bangga sama perkembangan kamu
sekarang” kata Ibu Tias saat makan malam bersama di Restoran ternama di daerah
Jakarta.
“Iya papi juga bangga sama kamu Tias, tapi ada 1 hal yang
papi mau kamu ubah dari diri kamu Tias” sambung Ayah Tias.
“Apa pih ?” tanya Tias.
“Papi mau kamu gak manja lagiTias, papi mau kamu gak
tergantung lagi sama papi, mami, dan kakak-kakak kamu. Kamu harus belajar
dewasa nak” jawab Ayah Tias.
“Iya deh, entar Tias coba” balas Tias dengan wajah
datarnya. Tiba-tiba keadaan jadi hening.
“Kamu pacaran sama Rio yaa dek ?” celetuk kak Dwi memecah
keheningan.
“Nggak kok kak ! Kak Dwi nih apa-apaan sih !” jawab Tias
kaget, wajahnyapun mulai memerah pertanda malu. Akhirnya mereka melanjutkan
canda tawa itu. Sebetulnya sudah lama Tias menyimpan perasaan pada Rio, hanya
saja Tias tidak mau merusak persahabatan mereka bertiga.
Suatu hari saat disekolah, tepatnya jam istirahat, kak
Dwi memanggil Rio untuk membicarakan sesuatu, hingga akhirnya Tias dan Lani
harus pergi ke kantin tanpa Rio.
“Rio, gua mau nanya sama lu, pokoknya lu harus jawab
jujur. Lu suka sama adek gua ? Jujur yaa yo” tanya kak Dwi setelah memastikan
kalau Tias dan Lani sudah betul-betul pergi ke kantin.
“Se..se..sebenernya gua suka sama Tias kak, tapi gua tau
kalo gua tuh bukan tipenya Tias” jawab Rio sambil menunduk malu.
“Yo, denger gua yaa, gua dan bokap7
nyokap8 gua setuju-setuju aja kalo lu mau jadian sama adek
gua, tapi 1 syarat, gua mau lu bisa rubah adek gua jadi gak manja lagi
gimanapun caranya, asal lu gak nyakitin dia sama sekali. Ngerti ?” lanjut kak
Dwi.
“Gua ngerti kak. Makasih buat kesempatannya kak, gua
janji gua gak akan nyakitin Tias, gua sayang sama dia kak !” balas Rio. “Maaf
gua agak lama” kata Rio pada Tias dan Lani saat di kantin.
“Emang kak Dwi ngomong apa sama kamu ? Kok tumben sih ?”
tanya Tias heran.
“Hah ? Nggak kok tadi dia cuma minta nomornya kakak
sepupu gua yang bisa nge’instal laptop, katanya laptopnya mau diinstal” jawab
Rio berbohong.
“Oh gitu, yaudah makan nih, tadi kita udah pesenin
makanan kebangsaan kita ‘BAKSO RAME’ hahaa..” balas Tias dan dilanjutkan dengan
tawa Tias dan Lani.
Waktupun tidak terasa terlewati dengan indah. Sekarang
sudah saatnya pembagian raport hasil belajar di semester 2. Dan mereka bertiga
patut berbangga karena mereka masih bisa mempertahankan prestasi mereka.
Untuk merayakan keberhasilan mereka Rio mengajak Tias dan Lani untuk berlibur
di vila milik kelurga Rio yang berada di puncak.
“Yuk, sekalian refreshing. Kan kita selama ini
belajar mulu, pengap nih otakku. Disana kan udaranya seger. Aku sih ok !” kata
Lani mengiyakan ajakan Rio sekaligus membujuk Tias agar mau ikut bersama mereka.
“I..iya deh, entar aku tanya papi aku dulu yaa” jawab
Tias ragu-ragu.
“Lu manja banget sih Ti, inikan cuma untuk liburan doang,
masa bokap lu gak ngijinin sih ? Payah lu !” kata Rio meledek Tias.
“Ih, aku mau kok pergi ! Liat aja pasti nanti papi aku
ngijinin aku pergi sama-sama kalian” balas Tias yang tidak terima dirinya
diledek oleh Rio.
Waktu berliburnyapun tiba. Akhirnya Tias diberi izin
untuk pergi bersama Rio dan Lani, tapi kak Dwi harus ikut menemani mereka untuk
memastikan mereka akan baik-baik saja selama berlibur. Ternyata rencana liburan
itu sudah direncanakan oleh Rio dan sudah mendapat izin dari kak Dwi.
Akhirnya setelah menempuh waktu yang cukup lama mereka
sampai di vila milik Rio. Ternyata dalam perjalanan menuju Puncak suatu
kesalahpahaman terjadi antara Lani dan Tias, kejadian itu membuat mereka tidak
mau menegur satu sama lain. Karena sifat manja Tias, saat turun dari mobil Tias
dengan enaknya menyuruh Rio membawa barang-barang bawaannya.
“Yo, bawain barang-barang aku ke dalam vila yaa, aku
capek banget nih duduk terus di perjalanan”
“Enak aja ! Lu pikir gua pembokat9 lu
apa lu suruh-suruh kayak gitu ? Ogah ah, bawa sendiri !” balas Rio dengan nada
ketus. Karena sudah kecil hati akhirnya Tias mengambil barang-barangnya dan
membawanya masuk ke dalam vila. Karena ada panggilan tes Universitas, akhirnya
kak Dwipun harus meninggalkan mereka dan kembali ke Jakarta lebih dulu, seorang
diri. Akhirnya Tias harus mngerjakan semuanya sendiri, dari memasak untuk
makannya, mencuci bajunya yang sudah bau keringat karena perjalan yang jauh,
dan merapikan kamar untuk dia tidur malam nanti. Semua dia lakukan sendiri
karena hubungannya yang sedang tidak baik dengan Lani dan Rio. Diam-diam Rio
dan Lani mengamati apa yang dilakukan oleh Tias di kamarnya.
“Nah gitu dong, itu bisa, masak sendiri, nyuci sendiri,
rapihin kamar sendiri, kenapa gak dari dulu-dulu aja Ti ?” kata Rio yang
tiba-tiba masuk ke kamar Tias yang tidak di tutup. Spontan membuat Tias kaget.
“Maafin aku yaa Ti, dari tadi pagi aku udah ngacangin10
kamu, trus gak bantuin kamu ngapa-ngapain, ini semua rencana Rio” kata Lani
yang langsung masuk ke kamar Tias dan langsung memeluk Tias sambil menangis.
“Maafin gua juga yaa Ti, ini emang ide gua. Tapi gua gak
sendirian kok” lanjut Rio.
“Kakak dalangnya dek, sekarang kakak udah punya laporan
yang memuaskan untuk papi, mami nanti. Adekku udah mandiri sekarang. Kakak
kirain setelah kakak pergi kamu gak akan ngapa-ngapain, ternyata kamu udah bisa
ngelakuin semuanya sendiri. Good job dek !” sambung kak Dwi yang
tiba-tiba muncul di depan pintu kamar Tias, dan itu yang membuat Tias makin
terkejut.
“Kalian !! Apa-apaan sih !!” jawab Tias sambil menangis,
tapi tangisnya adalah tangis bahagia karena dia sudah menyadari kalau dirinya
sudah mandiri sekarang.
“Kak, tugas gua udah selesai, dan sekarang waktu yang
tepat. Ti.. Sebenernya gua udah lama punya perasaan sama lu, lu mau gak jadi
pacar gua ?” tiba-tiba Rio mengambil tangan Tias dan berlutut di depan Tias.
Tias kaget, dia menatap Lani dan kak Dwi meminta persetujuan, dan mereka berdua
mengangguk.
“I.. Iya Yo, aku mau kok jai pacar kamu” jawab Tias
dengan muka yang memerah seperti kepiting rebus.
Akhirnya mereka menikmati liburan mereka dengan bahagia.
Sekarang Tias bukan lagi Tias yang manja, sekarang Tias sudah berubah menjadi
Tias yang mandiri dan Tias yang rajin.
Ini kisah romantis Tias untuk mengubah sifat manjanya.
Tunggu kisah-kisah Tias selanjutnya yaa.. Terimakaih J
... SELESAI ...
0 komentar:
Posting Komentar